Berilibur Ke Desa Wae Rebo – Setiap Pulau di Indonesia mempunyai beragam suku wilayahnya masing-masing. Ada bukti unik sebuah suku yang terpisah jauh dari asal mula wilayahnya. Misalnya Suriname, dataran ini ada di Amerika dan jauh dari Pulau Jawa. Tetapi warganya dikuasai Suku Jawa Asli. Sama dengan sebuah dusun daratan tinggi Pulau Flores namanya Wae Rebo. Warga tradisi Wae Rebo sebagai turunan orang Minang, suku tradisi asli Sumatera Barat.
Dusun Wae Rebo demikian eksotik, patut UNESCO menjadikan pelestarian peninggalan budaya Asia Pasifik. Lokasinya ada di pegunungan terasing di Daerah Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Warga tradisi Dusun Wae Rebo mengutarakan mereka datang dari turunan orang Minang. Beberapa ribu tahun kemarin, leluhur mereka menelusuri memakai kapal. Sampai mereka landing di Pulau Flores, persisnya di Nanga Paang, samping timur Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai.Kekhasan Dusun Wae Rebo tidak cuma sejarahnya. Rentang alamnya yang cantik membuat pelancong lokal sampai luar negeri mengunjunginya.
Dusun Wae Rebo ada pada ketinggian 1.100 mdpl. Dikitari bukit-bukit dan pegunungan, seakan dusun ini menutup diri. Aksesnya juga kurang, perlu melalui rimba dengan turunan dan tanjakan yang bermacam. Demikianlah yang sudah dilakukan nenek moyang warga Wae Rebo. Empo Maro ialah pendiri dusun Wae Rebo yang awalnya beralih-pindah. Sampai pas pada 1.080 tahun kemarin tinggal pada lembah Golo Pando yang saat ini disebutkan Wae Rebo. Berikut adalah informasi selengkapnya dari jalanjalanaja .
Daya Tarik
Telah ada lebih dari 18 angkatan orang Minang di dusun Wae Rebo. Kabarnya, beberapa ribu tahun kemarin orang Minang melaut sepanjang beberapa ribu km untuk capai Flores. Empo Maro bersama saudaranya namanya Ragu, melaut dengan kapal monitor tradisionil. Dapat dipikirkan lautan garang yang dilalui. Peluang perlu beberapa bulan habiskan waktu di perjalanan.
Kekhasan lain Dusun Wae Rebo ada pada rumah tradisi yang demikian populer. Memiliki bentuk unik dan mempunyai 7 bangunan. Tradisi dan kebudayaan mereka sudah membaur dengan rutinitas warga Pulau Flores. Tetapi arsitektur bangunannya masih mempunyai elemen Minang. Rumah tradisi Dusun Wae Rebo namanya Mbaru Niang. Dampak Minang dapat ditemui pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang.
Berdasar pegunungan yang cantik. Arsitekturnya adopsi Rumah Gadang dengan Niang Dangka, yang bertanduk rangkap dua dan jadi satu. Niang Dangka mempunyai tinggi 15 mtr. dengan formasi 5 lantai. Setiap lantai punyai alokasi dari rumah sampai ritus tradisi. Satu Mbaru niang dapat ditempati 6 sampai 8 keluarga. Ada 7 Mbaru Niang yang ada di Dusun Wae Rebo. Tidak cuma Mbaru Niang, ada banyak rumah warga yang lain yang menyebar disekitaran kompleks Mbaru Niang.Rumah itu mempunyai lima tingkat, tiap tingkat diperuntukkan untuk maksud tertentu. Tingkat pertama, disebutkan lutur atau tenda, sebagai rumah keluarga besar. Tingkat ke-2 , disebutkan lobo, atau loteng, disisihkan untuk simpan makanan dan beberapa barang, tingkat ke-3 disebutkan lentar untuk simpan benih untuk panen selanjutnya, tingkat ke-4 disebutkan lempa rae untuk stok makanan bila terjadi kekeringan, dan Jenjang ke-5 dan paling atas, disebutkan hekang code, yang diadakan paling keramat, ialah tempat sesajen untuk beberapa nenek moyang.Satu rumah upacara khusus ialah bangunan komune tempat anggota semua marga bergabung untuk upacara dan ritus. Mereka sebagian besar beragama Katolik namun tetap berpedoman keyakinan lama. Di dalam rumah ini disimpan pusaka sakral berbentuk gendang dan gong.